Gambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar AvrilGambar Avril

Jumat, 17 Oktober 2014

Pertemuan, Perpisahan, dan Waktu

"Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan". Sebuah kutipan yang sering kita dengar, yang sering muncul dalam percakapan di sebuah sinetron atau ftv. Dan banyak orang mengalami dan menyetujui kutipan tersebut. Di dalam nya terdapat berbagai makna, yang membuat muncul berbagai pertanyaan. Mengapa disetiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan?. Mengapa perpisahan 'pasti' terjadi, 'setiap' ada pertemuan?. Apakah kata 'setiap' dan 'pasti' sudah tepat berada di kutipan tersebut?. Gue pun belum tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Namun yang jelas, seperti yang banyak orang katakan, pertemuan dan perpisahan adalah 2 hal yang tidak bisa di pisahkan. Gue setuju. Pertemuan biasanya berhubungan dengan hal-hal yang indah. Perpisahan 'mungkin' sebaliknya. Yap, gue gak berani nulis apa yang gak gue yakini, bahwa perpisahan biasanya berhubungan dengan hal-hal yang mengerikan, jauh dari kata indah. Gue terpaksa gak yakin akan hal itu.



Belakangan ini, gue merasa gak lama lagi gue akan menghadapi (lagi) proses perpisahan dalam hal pertemanan. Sekali lagi, pertemanan, pertemanan (itu kan 2 kali. Ngehek, lagi serius juga). Mungkin banyak orang juga pernah mengalaminya. Walaupun cuma proses, tapi pada akhirnya perpisahan akan datang juga, meski tidak benar-benar berpisah. Proses perpisahan memang terjadi disetiap pertemanan. Terutama dalam ruang lingkup teman sekolah. Lalu, apa yang menyebabkan proses perpisahan dalam sebuah pertemanan bisa terjadi?. Bisa kah kita menunda datangnya proses perpisahan itu lebih lama lagi?. Bagaimana caranya?. Lagi-lagi gue belum tahu jawabannya (gak guna lo)

Berbicara mengenai teman sekolah, kita pasti teringat teman-teman kita saat masa-masa SD, SMP, dan SMA.  Dimulai saat SD. Masa di mana sebagian orang sudah mengenal pertemanan. Berawal dengan pertemuan sekelompok anak-anak kecil di kelas 1. Membentuk sebuah pertemanan yang polos. Menjalani hari bersama di sekolah selama 6 tahun. Jajan bareng, main bareng, nyontek bareng, dihukum bareng, ke toilet bareng (ini buat anak yang penakut), bahkan bolos pun bareng. Lalu, diakhiri dengan sebuah perpisahan di penghujung kelas 6. Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan, kan. Meski tidak benar-benar berpisah. Kita masih bisa bertemu beberapa tahun kemudian, saat reunian. Tapi apakah teman-teman kita masih sama seperti saat terakhir bertemu, yaitu saat SD?. Apa yang membuatnya berbeda? Lagi-lagi gue belum tau jawabannya.

Berlanjut ke tingkat SMP. Masa di mana sebagian orang sudah
mengenal percintaan. Kemudian ke tingkat SMA. Di masa ini, sebagian orang mulai mengenal yang namanya tongkrongan. Dan kelompok pertemanannya berasal
dari tongkrongan tersebut. Entah itu tongkrongan warung, yaitu sebuah tongkrongan yang berada di sekitar warung, dan biasanya dinamakan sesuai nama warung itu atau dimana warung itu berada. Misal, warung yang berada di samping pertamina dinamakan Waper (Warung Pertamina). Atau warung yang berada di samping tempat jualan sarung dinamakan Warung (keren banget namanya). Biasanya, orang-orang di tongkrongan ini kompak, memiliki rasa solidaritas yang tinggi, sering jalan-jalan, kadang suka mengadakan kegiatan, sering jajan, sering ngutang, dan suka makan indomie pakai saus dan lada.

Lalu, ada tongkrongan rumah, yaitu tongkrongan yang bertempat di rumah salah satu teman. Tongkrongan jenis ini sepertinya berlaku juga untuk kelompok pertemanan wanita. Tongkrongan ini biasanya dinamakan sesuai nama teman yang punya rumah. Misal, tongkrongan di rumah Pandu Wisnu Murti dinamakan PWM. Atau tongkrongan di rumah Tristan Adi Ian dinamakan TOKAI. Biasanya orang-orang di tongkrongan ini kompak, memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, suka main game, tidak suka jajan, sering ngomongin orang, dan yang pasti sering merepotkan yang punya rumah. Selain tongkrongan, ada juga kelompok pertemanan yang terbentuk oleh kesamaan minat atau hobi masing-masing. Misal kelompok pertemanan yang terbentuk dari sebuah ekskul, yang terbentuk karna sama-sama suka dengan game online, atau yang terbentuk karna sama-sama sering jajan batagor di kantin sekolah (ini rada aneh).




Lalu, apakah kelompok pertemanan yang berawal dari tongkrongan atau kesamaan minat itu masih terus terjalin setelah kita lulus, setelah kita memasuki masa baru? padahal kita sudah nyaman dengan teman-teman kita. Maybe yes, maybe no.

Awal-awal setelah lulus SMA, mungkin sebagian dari kita masih sering berkumpul dengan teman-teman kita, walau beberapa sudah pindah kota dan tidak bisa ikut berkumpul. Entah itu sekedar berkumpul, main futsal, nonton bola atau bioskop bareng, bakar-bakaran, dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu, kita semakin jarang berkumpul. Yang tadinya seminggu 3 atau 4 kali, jadi sekali atau 2 kali. Yang ikut ngumpul pun semakin berkurang. Dan kalau ada yang ngajak ngumpul (di grup whatsapp atau BBM), yang
ngerespon semakin sedikit. Mungkin masing-masing dari mereka sibuk dengan kuliahnya atau kerjaannya. Ya mau gimana lagi, kita gak bisa nyalahin siapa-siapa kalo udah gitu. Emang masanya aja yang udah habis. Mungkin kita atau teman teman kita sudah benar-benar masuk ke masa baru. Sudah waktunya kita menghadapi proses perpisahan, tapi kebanyakan dari kita tidak menyadarinya.

Memang proses perpisahan terjadi tanpa kita sadari. Dan yang membuat kita tidak sadar dalam menghadapi proses perpisahan adalah sebuah 'pertemuan' baru, yang pada akhirnya akan menghadapi proses perpisahan juga. Seperti sebuah siklus, yang terus berlangsung di kehidupan seseorang. Walaupun kita bersih keras untuk mempertahankan pertemanan kita, tapi kita tidak bisa melawan waktu. Tinggal tunggu waktunya aja untuk kita benar-benar berpisah dengan teman kita, meski itu mungkin masih bertahun-tahun lagi.

Yap, waktu lah jawaban atas semua ini. Kalo kita bisa menghadapinya, bisa saja kita menunda proses perpisahan. Bahkan perpisahan itu sendiri. Tapi tidak ada yang bisa melawan waktu, apalagi mengalahkannya (kecuali kalo mesin waktu benar-benar ada). Gue jadi teringat salah satu teka-teki yang diberikan Smeagol (Gollum) kepada Bilbo Baggins (Hobbit) dalam novel The Hobbit.

      Benda ini makan segalanya;
      Burung, binatang, pohon, dan bunga;
      Mengerat besi, menggigit baja;
      Batu keras pun digilingnya;
      Membunuh raja, menghancurkan kota,
      Meruntuhkan gunung sampai rata.

Betul, jawabannya adalah waktu. Namun, butuh waktu yang lama untuk Bilbo menjawab teka-teki itu.Dia sempat memikirkan nama segala raksasa yang sangat kuat dan tidak bisa dikalahkan yang pernah didengarnya dalam dongeng. Pada akhirnya, dia menjawab waktu. Karna waktu lah yang makan segalanya. Waktu lah yang tidak bisa dikalahkan. Kalo gue boleh menambahkan teka-tekinya, mungkin jadi seperti ini.

      Benda ini juga memakan semua yang berikatan;
      Pertemanan, Percintaan, Keluarga;
      Mengubah orang-orang di dalamnya;
      Membuat kita harus berhati-hati dengannya;

Sekarang kita tahu betapa berharganya waktu bersama teman-teman kita. Maka, jangan sia-sia kan moment itu. Karna kita gak pernah tau kapan moment itu akan berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar